Selasa, 28 April 2009

penjual angkringan sebelah gedung DPRD malioboro

Pak Darmono adalah seorang penjual makanan dengan angkringan, beragama Islam, lahir di Klaten pada tanggal 20 Maret 1964. Pada waktu wawancara dilakukan ini berarti Pak Darmono berusia 39 tahun. Pak Darmono sudah menikah secara resmi pada tahun 1995 dengan istri kedua yang bernama Aminah, yang lahir pada tahun 1980 dan sekarang berusia 23 tahun. Dari pernikahannya ini, Pak Darmono dikaruniai seorang anak yang baru berusia 2 tahun. Dengan demikian, anak Pak Darmono sebenarnya ada dua. Anak pertama dari istri pertama seorang laki-laki sudah lulus SMU tahun 2003 ini. Anak pertamanya berusia 18 tahun, terpaut dua tahun lebih muda dari istrinya. Pendidikan terakhir Pak Darmono sendiri adalah SLTA di Klaten dan lulus pada tahun 1984. Saat ini pak Darmono sekeluarga berdomisili di Jogoyudan Rw XX / YY Yogyakarta.

Pekerjaan pokok Pak Darmono pada saat ini adalah sebagai pedagang angkringan, sedangkan pekerjaan Bu Aminah istrinya adalah ibu rumah tangga dan membantu suami (Pak Darmono) di angkringan. Adapun waktu pekerjaan pokok (buka) Pak Darmono di angkringan ada 10 jam yaitu dari pukul 17.00 WIB s.d. pukul 03.00 WIB. Pada jam tersebut, Pak Darmono akan dibantu oleh Bu Aminah istrinya, Mas Paimin keponakannya, dan Bu De-nya, apalagi kalau pengunjung dan atau pembelinya banyak atau kalau Pak Darmono sendiri sedang ada urusan yang lain.

Pekerjaan persiapan dimulai dari pagi hari, dengan waktu yang tidak tentu, dan yang membantu menyiapkan dagangan ini adalah Bu De-nya dan Mas Paimin keponakannya. Pak Darmono sendiri baru terlibat dalam pekerjaan persiapan ini setelah pukul 11.00 WIB, karena waktu sebelum itu, tepatnya pukul 04.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB merupakan waktu istirahat bagi Pak Darmono.

Hari istirahat (tidak buka) untuk Pak Darmono sebagai pedagang angkringan tidak menentu, hanya pada hari-hari besar, seperti lebaran, dan kalau ada keperluan keluarga. Pak Darmono juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai petani di tanah kelahirannya Klaten. Tapi pekerjaan ini dilakukannya hanya pada saat-saat tertentu; saat tenaganya diperlukan oleh keluarganya, dan atau ia ingin melakukannya.

Dalam hal persiapan, menu yang bersifat “basah” seperti nasi, sayur, dan makanan pokok lainnya disiapkan / dimasak sendiri oleh keluarganya, sedangkan untuk menu yang bersifat “kering” seperti kerupuk, roti, kue-kuean, dan kacang, merupakan titipan orang, dan ada juga yang dibeli di pasar.

Angkringan Pak Darmono unik sebab cara penyajian nasi sayurnya tidak dengan bungkusan-seperti angkringan pada umumnya tetapi dengan piring, dan nasinya akan tetap panas karena disimpan dalam termos nasi. Harganya juga berbeda yaitu Rp. 1500/piring.

Langganan tetap Pak Darmono di angkringan adalah para sopir taksi, tukang becak, karyawan kantor yang buka sore, beberapa pedagang klithikan, dan warga sekitar. Sedangkan langganan tidak tetapnya -tapi cukup banyak, yaitu para pejalan pedestrian yang lewat di sana.

Status gerobak yang dipakai oleh Pak Darmono adalah milik sendiri, dan semuanya berjumlah dua buah. Gerobak yang satunya “mangkal” di depan pasar Kranggan, dan bersifat permanen, karena diparkir di sana saat dagangannya tutup. Sedangkan gerobak Pak Darmono yang berada di jalan Mangkubumi bersifat tidak permanen karena pada saat dagangannya tutup akan di parkir di bekas kantor Departemen Tenaga Kerja yang secara fisik bangunannya sudah rusak. Walaupun begitu, orang lain (sesama pedagang), tidak akan merebut lokasi yang sudah ditempatinya, karena lokasi tersebut sudah menjadi “milik” pak Darmono menurut kesepakatan mereka, sesama pedagang.

Pak Darmono sendiri memiliki pengalaman kerja sebagai petani di Klaten sejak usianya masih kecil, karena memang kedua orang tuanya adalah petani. Bahkan sampai saat ini Pak Darmono masih menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan, saat tenaganya dibutuhkan, dan atau saat ia ingin melakukannya. Pada saat ia pergi bertani, maka yang akan menjaga angkringan adalah Bu De-nya, juga oleh istrinya dan Mas Paimin keponakannya.

Riwayat usaha angkringan pak Darmono dimulai ketika ia diajak oleh temannya pada tahun 1980-an. Mereka lalu bersama-sama menjual makanan angkringan di Semarang; sampai pada akhirnya pada tahun 1988 usaha angkringan Pak Darmono tersebut pindah ke Yogyakarta sampai sekarang yang berada di jalan malioboro tepat nya sebelah gedung DPRD.


Nama:Pratika Vanda Kumala

Nim :153070397

Tidak ada komentar:

Posting Komentar