Selasa, 02 Juni 2009

"Konvoi Cuman Bikin Macet"

YOGYA - Jatah kampanye terbuka terakhir Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Rabu (1/4), dimanfaatkan dengan mengerahkan kadernya di sejumlah daerah, baik Kota Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul, Sleman dan Kulonprogo. Sejumlah jalan besar, diwarnai dengan konvoi motor dan mobil dengan membawa sejumlah atribut partai. Dan juga menghadirkan konvoi tukang becak dan atraksi seni di atas mobil.

Namun demikian, tetap pula terdapat peserta kampanye yang tidak mengindahkan ketertiban. Sehingga banyak di antara peserta kampanye harus berurusan dengan polisi, karena terkena tilang. Apalagi banyak ditemukan pelanggaran berupa sepeda motor blombongan.

Antok (25) yang bertempat tinggal di gandekan lor mengaku jika dia mengikuti konvoi kampanye ini merupakan wujud dari perayaan pesta demokrasi dan masih terpangaruh dari kampanye yang terdahulu. “kalau aku sih ikut konvoi seperti ini buat seneng-seneng aja, suka dengan rame-ramenya. Kan ini juga merupakan perayaan pesta demokrasi bagi masyarakat. Asal dapat menjaga ketertiban aja” tuturnya.

Hal ini bertentangan dengan pendapat Subagyo (47) yang tidak setuju dengan adanya kampanye dengan cara konvoi yang memenuhi jalanan dan terkadang sampai menguasai seluruh jalan. “konvoi cuman bikin macet. Belum lagi peserta-pesertanya yang tidak tahu aturan. Merasa seluruh jalan adalah kepunyaannya. Sampai orang yang akan menggunakan jalan menjadi terhambat” ujarnya.

Memang dengan adanya konvoi kampanye ini menjadikan para polisi jogja lebih ekstra dalam menjaga keamanan agar lalu lintas tetap berjalan lancar, dan tertib. Namu polisi juga mengeluh dengan adanya konvoi yang tak jarang membuat kisruh jalan raya dengan peserta yang tidak dapat mengindahkan tata tertib lalin yang ada. “ya dengan adanya kampanye konvoi seperti ini polisi harus lebih ekstra dalam penanganannya, apalagi di titik-titik daerah yang dilalui oleh arak-arakan konvoi. Khususnya dalam penanganan peserta yang tak jarang tidak tertib. Kadang tidak memakai helm, asal nylonong saja padahal masih lampu merah, dan banyak motor-motor yang di modif dengan knalpot blombongan” ujar Kalis (32) polisi yang sedang bertugas di perempatan dekat parkir bus abu bakar ali.

Meski sempat diguyur hujan, namun tidak menyurutkan niat para peserta kampanye. Mereka tetap melanjutkan konvoi sampai pada perhentian terakhir di lapangan Radengronggo Denggung Sleman.

Nama : Nastiti Puspitaningtyas
Nim : 153070159
Kelas : A
Tugas : Soft news

Kampanye Terbuka PDIP di Denggung Sleman

YOGYA - Kampanye terbuka terakhir, Rabu (1/4), dimanfaatkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan mengerahkan kadernya di sejumlah daerah, baik Kota Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul, Sleman dan Kulonprogo. Dan himbauan Mega untuk berhati-hati pada kecurangan-kecurangan dalam pemilu

kampanye terbuka PDIP di lapangan Radengronggo Sleman tetap dihadiri ribuan simpatisan partai yang berlambang kepala banteng ini. Tampil sebagai juru kampanye nasional (jurkamnas), Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Cahyo Kumolo. Dalam orasinya Cahyo berujar, kalau Megawati Soekarnoputri berhasil menjadi Presiden pada Pemilu tahun ini, pendidikan dan kesehatan bagi rakyat kecil akan terjamin. Ada beberapa alasan mengapa Mega masih mau maju sebagai calon presiden. Salah satunya untuk meneruskan cita-cita Bung Karno yang hingga kini belum bisa diselesaikan presiden sesudah era Bung Karno dengan baik.

Selain menghadirkan jurkam anggota DPR RI Dapil DIY Dra Eddy Mihati, panitia juga menampilkan jurkam lokal masing-masing Ketua DPC PDIP Kulonprogo Drs H Zuharsono Azhari dan Gunawan Handoyo. Rapat umum kemarin dihadiri hampir seluruh pengurus DPC PDIP setempat termasuk Sekretaris Gutama Putra SH.

Zuharsono Azhari dalam orasi politiknya menjelaskan, sampai sekarang PDIP tetap berpihak dan membela wong cilik. Sedangkan Eddy Mihati mengungkapkan, semangat PDIP untuk membela rakyat yang tertindas tidak pernah surut. Bahkan semakin giat memperjuangkan kesejahteraan masyarakat dengan menggulirkan program sembako murah.

Ketua umum Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia, Megawati Soekarno Putri hanya mengingatkan para kadernya untuk berhati-hati pada kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Beliau juga memberi semangat para kadernya untuk menyuksesekan pemilu di tahun ini.

Nama : Nastiti Puspitaningtyas
Nim : 153070159
Kelas : A
Tugas : Hard news

Senin, 01 Juni 2009

PENULISAN BERITA-TAJUK RENCANA

"KOALISI JILAT LIDAH"

Rencana membangun kembali koalisi antara Partai Demokrat dengan Partai Golkar dalam pilpres menuai banyak kecaman di internal Partai Golkar sendiri.

Ini berarti langkah Jusuf Kalla belum mulus. Bakal pecahnya suara yang menjurus pada pro maupun kontra soal pencalonan JK sebenarnya sudah terlihat dari awal sebelum pemilihan. Dihapuskannya sistim konvensi menjadikan sebahagian kader merasa tidak nyaman. Hal ini berimbas pada sikap politik Sultan untuk tetap ngotot maju jadi capres.

Keengganan JK juga nampak pada saat beliau menerima desakan DPD-DPD untuk maju jadi capres. Hasilnya pun mudah ditebak. Keinginan untuk kembali bersanding dengan SBY lebih besar. Hal ini juga didukung pada realitas pemilu dimana Partai Golkar hanya mampu meraup suara 14%.

Disinilah muncul kegamangan pada diri JK. Jika menerima kembali pinangan SBY maka dia dicap sebagai pemimpin yang tidak memegang teguh kata-katanya. Dimana sikap seperti ini sangat pantang bagi suku bugis-makassar. Sebaliknya, jika menolak, kredibilitas dan harga diri partai tetap terjaga. Dan yang pasti tidak terkesan menjilat kembali ludahnya sendiri.

Bagaimana cara JK keluar dari polemik ini ? Tentunya kita masih harus menunggu lagi hasil dari loby-loby partai lain yang tak bisa lepas dari kesan “jilat ludah”. Dan yang pasti, bukan politik namanya jika tidak selalu memunculkan kejutan-kejutan.

NAMA:LASNI ROHA MARBUN(153070074)/A

TAJUK RENCANA

GOLKAR PECAH,PRABOWO CAPRES TERKUAT MEGAWATI..


Menjelang pengajuan pasangan capres-cawapres, Partai Golkar justru menghadapi perpecahan. Satu kubu masih mempertahankan keputusan rapat pimpinan nasional khusus , yang memutuskan Jusuf Kalla (JK) sebagai capres. Kubu lainnya menghendaki Golkar cukup mengajukan cawapres, mengingat partai itu tampak kesulitan memperoleh mitra koalisi yang signifikan untuk mengajukan capres, dan adanya keinginan sejumlah elite DPP Golkar untuk mempertahankan koalisi dengan Partai Demokrat.

Terkait kondisi tersebut, sebanyak 25 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) tingkat I Golkar mengusulkan kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla, sebaiknya Golkar mengajukan cawapres.
"Usul ini bukan untuk menantang Pak JK, juga bukan sikap mbalelo. Tetapi jika Pak JK mengalami kendala, lebih arif jika solusi tersebut (menjadi cawapres)


Pada prinsipnya siapa pun yang memenangi pilpres mendatang, kader Partai Golkar harus berada di dalam kekuasaan.

kabar bahwa sejumlah DPD I dan DPD II Golkar akan menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk menjatuhkan JK dari kursi ketua umum.
25 DPD tingkat I menyerahkan surat kepada JK. Surat tiga lembar tersebut berisi anjuran agar Golkar kembali berkoalisi dengan Demokrat. Selain itu juga usulan enam nama cawapres untuk mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ditetapkan sebagai capres Demokrat. Keenam nama itu adalah Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, Agung Laksono, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Surya Paloh, dan Fadel Muhammad.

Sementara itu, sejumlah pengurus DPD tingkat II Partai Golkar telah berada di Jakarta, menuntut dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam rapimnasus kedua yang akan menentukan koalisi, penentuan capres dan cawapres. "Kami hanya ingin dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan, khususnya sikap partai mengenai koalisi, termasuk penetapan capres dan cawapres.

Secara terpisah, Ketua DPP Partai Golkar yang juga Ketua "JK for President", menegaskan, JK tidak akan mundur sebagai capres. "Beliau tetap mantap dengan pencapresannya. Bahkan yang sangat dimungkinkan berduet dengan Prabowo Subianto,"

Dia menyayangkan sikap DPD I dan DPD II yang seharusnya menjadi benteng pertahanan, malah terjebak permainan kekuasaan yang ujung-ujungnya merusak partai.

Sebelumnya, JK mengatakan, konflik yang mengarah ke perpecahan di Partai Golkar hampir sama modusnya dengan yang terjadi di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Kita lihat banyak sekali pandangan berbeda tetapi ini harus dicermati. Sudah ada tiga partai politik yang mau berbeda pandangan di internal, caranya sama. PPP begitu, PAN begitu.
Menyikapi kondisi , pengajuan JK sebagai capres telah melalui proses panjang dan dikukuhkan dalam rapimnasus. Apabila saat ini muncul suara-suara yang mengingkari keputusan itu, berarti ada upaya memecah Golkar.

Dikatakan, adanya keinginan agar Golkar kembali berkoalisi dengan Demokrat dan Golkar hanya mengajukan nama-nama cawapres, menunjukkan banyak elite Golkar yang bermain untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Untuk mengatasi persoalan itu,JK segera mengumumkan arah koalisi Golkar, sesuai mandat yang diberikan rapimnasus.


PDI-P dan PAN

Sementara itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) hampir dapat dipastikan memilih Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto menjadi cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri. Anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) DPP PDI-P, AP Batubara mengatakan, Prabowo adalah figur paling berpeluang besar menjadi cawapres Megawati. "Dari internal PDI-P memberikan dukungan kuat terhadap duet tersebut.
Dari kubu PAN, meskipun belum diputuskan secara resmi nama Hatta Rajasa sebagai cawapres, dan arah koalisi dengan Partai Demokrat, namun dua hal itu tampaknya hanya tinggal menunggu pengesahan dalam rakernas partai, 2 Mei mendatang. Dukungan terhadap Hatta datang dari 27 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN se-Indonesia.


PRATIKA VANDA
153070397 / A

PENULISAN BERITA - OPINI

LULUS TEPAT WAKTU VS LULUS DENGAN WAKTU YANG TEPAT


Cepat lulus cepat kerja, cepat lulus cepat nikah,merupakan sepercik alasan dari berbagai asumsi seseorang yang akan melaksanakan yang namanya wisuda. Dilihat dari segi pendidikan dapat dinilai bahwa orang yang memiliki predikat atau gelar yang lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk mendapat kerja. Tapi bagaimana dengan gelar yang beralaskan amplop putih tanda terima kasih. Ini bukan hanya sebuah perguruan tinggi maupun universitas yang memperjualbelikan ijazah melainkan banyaknya jasa yang menawarkan skripsi maupun tugas akhir. Jelas ini sangat merugikan mereka yang berusaha dan bersusah payah untuk memperoleh ijazah. Pemerintah lagi yang mau disalahkan atau memang dunia pendidikan syarat dengan materi.
Bangsa Indonesia saat ini dilanda berbagai macam krisis. Baik perekonomian maupun pendidikan. Sekolah tinggi manajemen informatika dan komputer menjadi tanda tanya besar bagi mahasiswanya. Akankah dapat memperbaiki bangsa dari krisis ini,Mungkin itu sangat jauh dari pemikiran kita dan asumsi diatas menjadi landasan alasan kita.
Dalam kehidupan seorang mahasiswa memiliki banyak pertimbangan untuk mencapai suatu kesuksesan. Tuntutan untuk lulus tepat waktu dari lembaga atau keluarga yang membiayai perkuliahan dengan lulus pada waktu yang tepat sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginan. Beberapa kalangan lebih memilih lulus tepat waktu dan menunggu pekerjaan atau mencarinya.
Bersyukur setelah memperoleh kerja itu harus dilakukan karena rasa syukur memberikan banyak makna dalam hidup. Ada banyak kenangan saat mahasiswa berada dilingkungan kampus dan harusnya itu menjadi buku sejarah kampus.


Nama :Lasni Roha Marbun
Nim : 153070074 / A

atikel opini

'PERJUANGAN KAUM JURNALIS SELALU AKTUAL"


Pahlawan dan Perjuangan adalah dua kata yang tak terpisahkan. Bila seseorang itu berjuang untuk memerdekakan sebuah negeri, misalnya Bung Karno atau Bung Hatta, kedua tokoh itu akan dicatat dalam sejarah bangsa sebagai pahlawan. Ada contoh lagi, misalnya para perwira yang dengan kejamnya dibunuh oleh PKI dalam peristiwa Gestapu/Gerakan 30 September 1965. Nama para perwira yang telah gugur itu ditorehkan dengan tinta emas sebagai pahlawan bangsa. Itu kalau proklamator atau tentara. Bagaimana dengan orang-orang yang bergerak di bidang lain. Guru misalnya. Ternyata bangsa Indonesia sangat menghormati profesi yang digeluti guru sebagai pendidik. Entah siapa yang pertama kali mencetuskannya, Guru kemudian mendapat predikat sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Kemudian di bidang lain, seperti di dunia pers adakah tercatat nama-nama para pahlawannya? Di dunia jurnalistik atau kewartawanan, peran yang diperjuangkan oleh para tokoh pers agak berbeda dengan tokoh lain seperti tentara.
Bila tentara, terlihat jelas secara fisik mereka akan bertempur melawan musuh di medan peperangan, atau mempertahankan kedaulatan bangsa dan Negara bilamana dijajah atau ada pemberontakan dari dalam negeri.
Untuk para jurnalis, perjuangan yang dilakukannya bukan dengan senjata mematikan melainkan dengan pena. Dulu ketika Jepang dan Belanda masih menjajah Indonesia, ada seorang jurnalis yang dengan keras menentang penjajahan melalui tulisan-tulisannya di media tempat wartawan ini bekerja. Wartawan atau jurnalis itu adalah bernama Adam Malik. Kini sudah almarhum. Karena keahliannya dalam berdiplomasi, maka oleh pemerintah Adam malik dipercaya menjadi Duta Besar, Menteri Luar Negeri bahkan pernah pula sebagai Wakil Presiden.
Pertanyaannya sekarang, masih mungkinkah di era reformasi seperti saat ini ada seorang jurnalis yang akan disebut pejuang atau pahlawan. Kepana tidak?!?! Jangankan wartawan senior. Anda-anda – segelintir mahasiswa STMIK AMIKOM pengelola media Journal pun – dapat mengoptimalkan peran dan perjuangan anda sebagai calon intelektual yang berkemampuan menulis dalam style atau gaya jurnalistik. Gaya jurnalistik jauh berbeda dengan gaya tulisan ilmiah. Bila anda sudah memilih UKM Jurnalistik, sekurang-kurangnya anda harus terus menerus menggali diri untuk dapat menulis secara singkat, jelas akurat, mengalir dan mudah di mengerti oleh pembaca.
Tulisan anda yang mudah dimengerti inilah yang akan mengangkat anda sebagai seorang calon intelektual muda nan piawai mengolah isyu dalam bentuk kalimat-kalimat yang gampang dicerna. Di sinilah arti pentingnya perjuangan anda untuk terus-menerus belajar dan membaca. Wartawan yang Baik adalah Pembaca yang baik. Artinya, bila anda sering membaca kemudian mencerna dan menganalisa tulisan wartawan media cetak yang berkualitas, maka anda secara tidak langsung sudah belajar dari tulisan itu.
Mungkin anda akan bertanya lagi, ada hubungan apa antara kemampuan menulis secara lugas dengan perjuangan seorang ‘Wartawan Kampus’ seperti anda?
Hubungannya jelas! Yakni, anda sebagai calon intelektual yang memilih kuliah di STMIK AMIKOM harus selalu mengikuti perkembangan di dunia TI. Hal-hal aktual apa saja yang perlu segera diketahui oleh masyarakat luas, khususnya pengguna TI. Perjuangan anda, dalam hal ini adalah menggali informasi seluas-luasnya dari media apapun. Media cetak, radio, televisi dan internet. Setelah anda mampu menyerap substansinya, kemudian anda berjuang untuk menuliskannya dalam gaya bahasa jurnalistik yang singkat, padat, akurat, mengalir dan komunikatif sehingga mudah dimengerti pembaca majalah anda.
Lantas, dalam sebuah perjuangan, siapa saja musuh anda? Musuh anda adalah kemalasan, ketidakpekaan, tidak adanya komunikasi dan tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Itulah musuh utama dari Wartawan. Kalau sudah bisa mengalahkan atau paling tidak mengeliminir berbagai musuh tadi, sudahkah bisa dikatakan sebagai pahlawan atau pejuang?
Tak usahlah kita mengejar gelar atau predikat seperti. Seyogyanya seorang jurnalis itu menempatkan diri sama dengan seorang guru saja. Biarlah orang lain yang akan memberikan predikat sebagai pahlawan atau pejuang. Jurnalis tak perlu mengejar tanda jasa. Seyogyanya begitu.


Nama :Pratika Vanda
Nim :153070397 / A

Smackdown Ala Indonesia (opini)

Akhir-akhir ini terdapat suatu kecenderungan maraknya acara reality show.Hampir semua stasiun televisi memiliki acara reality show sendiri,mulai dari yang bersifat ngerjain orang,mencari jodoh hingga acara yang mengungkap secara vulgar kehidupan pribadi seseorang.Reality show nampaknya menjadi acara yang nilai jualnya cukup tinggi,indikasinya adalah jumlah acara semacam itu semakin hari semakin bertambah.
Diantara sekian banyak jenis reality show yang paling banyak ditampilkan adalah jenis-jenis acara yang mengungkap kehidupan pribadi seseorang.Baik berupa pencarian seseorang,segmen curhat,mau pun mencari jodoh.
Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah yang terjadi dalam acara-acara tersebut merupakan sesuatu yang nyata,bukan cuma rekayasa ala sinetron.Karena semakin lama,muatan reality show tersebut terkesan tidak logis.
Acara Termehek-Mehek yang disiarkan di Trans TV misalnya sering menampilkan seseorang yang sedang mencari orang tua atau mantan pacar yang hilang dengan cara bertanya-tanya kepada kerabat yang lain.Niatnya memang untuk membantu mempertemukan target dengan si pelapor.Apakah sedemikian susahnya menemukan orang yang dicari sampai-sampai memerlukan bantuan tim reality show tersebut.Toh yang dicari bukanlah seorang buronan,dan sekarang juga ada hp,email,dan facebook sehingga tidak perlu repot-repot kesana-kesini.
Terlebih lagi ceritanya semakin tidak mutu saja.Contohnya dalam satu episode pernah ditampilkan seorang anak yang mencari ayahnya yang “menghilang” karena ibunya sedang sakit keras.Ayahnya memang sudah bercerai dengan ibunya,karena ayahnya suka maen wanita.Setelah bertemu ternyata sang ayah sudah memiliki istri lagi.
Menurut sang ayah,dirinya sudah bertahun-tahun telah membiayai hidup si anak hingga menempuh jenjang S2.sekarang dirinya tidak mau kembali karena sudah memiliki keluarga yang baru.Menurut sang ayah dirinya sudah lelah karena tiap kali bertemu cuma dimintai uang saja.Lebih gag mutu lagi,karena tidak mau ikut,si anak kemudian menyeret sang ayah agar mau menjenguk ibunya!
Ada juga yang menampilkan dua sejoli yang berpacaran namun tidak direstui oleh orang tuanya.Setelah diselidiki ternyata mereka adalah saudara kandung,sang lelaki merupakan anak yang sudah lama dititipkan di panti asuhan!Kemungkinan terjadinya kejadian semacam ini sangat langka,1 banding 1juta mungkin.
Terlalu berlebihan,itulah kesan yang ditimbulkan bagaimana mungkin seseorang mau aib keluarganya diketahui oleh seluruh orang di Indonesia?Terlebih lagi hampir di seluruh acara relity show setiap episodenya menampilkan baku hantam baik antar sesama peserta,baik yang lelaki mau pun perempuan.
Lama-lama acara reality show menjadikan sisi konflik dan kekerasan sebagai daya tarik utama. “Curhat Bersama Anjasmara” yang ditayangkan TPI,pada setiap episodenya selalu saja ada yang bertengkar hingga saling jambak sebelum dilerai.Andaikan tidak ingin terjadi maka cukuplah melakukan wawancara di tempat terpisah misalnya.
Reality show adalah acara yang berdasarkan dengan kejadian nyata tanpa ada skenario sebelumnya.Di Amerika acara seperti ini sudah lama menjadi primadona namun muatannya tidak tampak direkayasa.Ada acara yang ekstrim seperti Cops,yang menampilkan polisi menangkap penjahat.Kendati ada baku hantam dengan si penjahat,tidak ada sesuatu yang didramatisir semua berjalan sesuai prosedur penangkapan pada umumnya.
Oprah dalam acaranya pernah menampilkan pasangan yang bercerai meninggalkan 3 orang anak.Mereka bercerai karena salah satunya kedapatan sebagai penyuka sesama jenis.Tapi dalam prosesnya tidak ada dramatisir bahkan hingga saling baku hantam,curhat berjalan dengan lancar dan aman.
Perbedaan dan keganjilan-keganjilan reality show di Indonesia makin hari makin terasa.Pertanyaan yang harus dijawab adalah “benarkah itu benar-benar terjadi?”.Rating yang tinggi mungkin membuat stasiun-stasiun tv berusaha mengangkat tema yang menarik,kalau perlu dibuat mengada-ada,berlebihan dan tak masuk akal.
KPI seharusnya mulai turun tangan,karena jika ternyata reality show yang ada bukanlah merupakan realita maka bisa dikatakan telah terjadi kebohongan publik.Selain itu kebanyakan (walau tidak semua) acara reality show tidak mendidik.Janganlah media mengajarkan untuk berselingkuh dan baku hantam antar sesama.
Jika diamati dramatisir dan kekerasan ala smackdown melakat erat di dalam acara-acara reality show.Mulai dari konflik yang mengada-ada hingga pukul-memukul yang sangat kelihatan kaku.KPI harus jeli mengamati sebelum ada korban smackdown ala Indonesia.

Nama : Masenda.M
No :153070145

Koalisi atas Dasar Ideologi atau Demi Kursi?

Tajuk Rencana
Koalisi atas Dasar Ideologi atau Demi Kursi?
Pemilu telah usai,pemilihan presiden di depan mata.Partai-partai mulai berlomba mencari mitra koalisi.Ketentuan presiden yang diharuskan didukung minimal 20% perolehan kursi legislatif atau 25% jumlah suara meu tidak mau membuat partai-partai berkoalisi.Demokrat satu-satunya partai yang bisa mengusung calon presiden sendiri pun tetap memutuskan untuk berkoalisi dengan partai lain untuk menjalin kekuatan di parlemen.
Berkaca pada masa lalu dimana koalisi antar partai tidak solid dan hanya digunakan untuk kepentingan sesaat.Partai-partai yang memutuskan untuk berkoalisi seharusnya berdasarkan kepada pertimbangan ideologis,bukan berdasarkan hitung-hitungan kursi menteri semata.Jika dengan pertimbangan ideologis,seharusnya partai-partai bernafaskan Islam seperti PPP,PKS,PKB dan PAN bisa membentuk blok baru mengusung calon presiden.
Namun kenyataanya masing-masing partai melakukan koalisi tidak berdasarkan pada kesamaan ideologi yang mereka usung.PPP,PKS,PKB dan PAN bergabung bersama kubu nasionalis Demokrat.Dengan kata lain saat ini tidak ada partai yang benar-benar mengusung ideologi mereka sendiri,masalah ideologi semuanya dianggap cair.Partai-partai Islam jika menjelang pemilihan presiden akan mencitrakan diri sebagai partai tengah yang mampu mencangkup semua golongan.Ini sah-sah saja dilakukan,tapi sebenarnya yang membedakan satu partai dengan partai yang lain adalah ideologi yang mereka usung dan berdasarkan ideologi itulah setiap kebijakan dilaksanakan.
Partai-partai Islam sempat meminta calon wakil presiden SBY berasal dari kalangan Islamis dan sempat mengancam akan hengkang jika tetap mengusung Boediono.Namun ancaman ini hanya ancaman sesaaat,pada akhirnya partai-partai tersebit tetap menerima draf yang diajukan SBY untuk mengusung Boediono.
Penentuan jumlah mentri antar partai pengusung koalisi sering menjadi pertimbangan.Partai yang berkoalisi tentunya akan mencari keuntungan dari koalisi yang mereka jalin.Jika koalisi tersebut berhasil menang,kursi mentri akan menjadi agenda utama partai.Sekali lagi ini sah-sah saja dilakukan asalkan kursi tersebut tidak menjadi alasan utama dalam berkoalisi.
Satu hal lagi yang paling krusial adalah umur dari koalisi itu sendiri.Belum pernah ada koalisi antar partai yang berumur lama.Pada pilpres 2004,capres Golkar yang kalah dari SBY,memutuskan bergabung menjadi partai pemerintah setelah JK terpilih menjadi ketua umum.Koalisi Demokrat-Golkar sempat menguasai pemerintahan dan menjadi kekuatan besar di parlemen selama masa kerja SBY-JK.Akan tetapi setelah pemilihan legislatif,Demokrat yang perolehan suaranya melebihi Golkar secara halus menceraikan Golkar,koalisi bubar.
Belum lama ini pun terjadi koalisi yang umurnya sangat singkat,PPP-PDI-Golkar sepakat membentuk “segitiga emas” membendung SBY.Setelah itu dengan bergabungnya partai-partai lain berubah menjadi “koalisi besar”.Nasib koalisi besar umurnya juga sangat singkat,partai-partai pengusung koalisi banyak yang lari ke kubu Demokrat.
Sikap bunglon para elit politik ini dari sekarang seharusnya diubah.Bagaimana akan membawa bangsa ke arah lebih baik lagi jika tidak ada konsistensi para elit politik?Koalisi yang terjalin hendaknya bukan hanya demi kepentingan perolehan kursi mentri semata. Besikap fleksibel terhadap perubahan boleh saja. Namun yang didahulukan adalah demi kepentingan yang lebih besar yaitu demi kepentingan bangsa dan negara.
Nama : Masenda M
no :153070145